Pada jaman dahulu, di Kediri ada sebuah Kerajaan bernama Kerajaan Malowopati. Rajanya bernama Prabu Angkling Darmo. Prabu Angkling Darmo adalah seorang raja yang arif bijaksana serta terkenal kesaktiannya. Konon ceritanya Prabu Angkling Darmo adalah cucu dari Raja Jayabaya, raja yang terkenal dari Kediri.

              Rakyat Kerajaan Malowopati hidup aman dan tenteram.  Kerajaan Malowopati dikaruniai tanah pertanian yang subur, sehingga semua rakyatnya hidup makmur tak kekurangan suatu apapun. Prabu Angkling Darmo memimpin rakyatnya dengan adil dan bijaksana. Dalam menjalankan kepemimpinannya Prabu Angkling Darmo dibantu oleh punggawa-punggawa kerajaan. Musyawarahpun sering beliau lakukan untuk menghasilkan kata mufakat dan menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Sehingga beliau disenangi oleh seluruh punggawa dan rakyatnya. Dalam mengambil keputusan Prabu Angkling Darmo selalu didampingi oleh seorang punggawa bernama Onggo Dimejo. Nama Onggo Dimejo ini adalah nama samaran. Karena Onggo Dimejo ini adalah punggawa yang sudah berusia lanjut dan sering memberikan petuah dan nasihat kepada raja, maka Prabu Angkling Darmo memanggilnya dengan sebutan Eyang Onggo Dimejo.

              Eyang Onggo Dimejo bertempat tinggal 1,5 km di sebelah barat Sungai Brantas. Karena jarak Kerajaan Malowopati yang tidak terlalu jauh dari kediaman Eyang Onggo Dimejo yaitu kurang lebih sekitar 3 km, maka Prabu Angkling Darmo sering berkunjung ke rumah kediaman Eyang Onggo Dimejo. Dalam kunjungannya Prabu Angkling Darmo sering menyampaikan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan kerajaan, bahkan masalah keluargapun ia sampaikan kepada Eyang Onggo Dimejo.

              Pada suatu hari Prabu Angkling Darmo berkunjung ke rumah Eyang Onggo Dimejo, karena ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Dengan senang hati, Eyang Onggo Dimejo memberikan nasihat pada Prabu Angkling Darmo. Eyang Onggo Dimejo memberikan nasihat dengan tutur kata yang santun, kata-kata yang baik, kalimat perumpamaan yang indah sehingga Prabu Angkling Darmo senang mendengarnya dan merasa nyaman.

              Kenyamanan  dan ketenangan sangat dirasakan oleh Prabu Angkling Darmo ketika mendengarkan nasihat dan tutur kata yang baik dari Eyang Onggo Dimejo. Karena merasa sangat nyaman dan tenang, akhirnya Prabu Akling Darmo tertidur. Eyang Onggo Dimejo tidak berani membangunkan Prabu Angkling Darmo. Tetapi selang bebrapa waktu Sang Prabu terbangun. Dalam percakapannya Eyang Onggo Dimejo berkata : “Maaf Prabu, tadi Paduka tertidur” Prabu Angkling Darmo merasa malu pada Eyang Onggo Dimejo karena Prabu Angkling Darmo sempat tertidur.

              Dalam istilah jawanya, tertidur itu adalah kaderman. Lalu Prabu Angkling Darmo bersabda “ Ketahuilah Eyang Onggo Dimejo, untuk mengingat-ingat tempat ini, maka aku beri nama Desa Dermo.” Begitulah sabda dari Prabu Angkling Darmo. Desa Dermo berasal dari istilah “Kaderman”

              Jadi, asal mula nama Desa Dermo adalah dari Sabda Prabu Angkling Darmo. Dan sampai sekarang tempat Eyang Onggo Dimejo masih banyak dan sering dikunjungi dan diziarahi masyarakat. Tempat itu dikenal masyarakat dengan nama Pundhen Desa Dermo.

              Alhamdulillah sampai sekarang masyarakat Dermo hidup aman dan damai, saling bantu-membantu serta hormat-menghormati satu sama lain.